Minggu, 20 April 2014

MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI YANG POSITIF
PENDAHULUAN
Dalam proses perkembangan manusia di bidang pendidikan, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan terkait dengan proses pembelajaran. Pertama mengenai model pembelajaran yang akan berpengaruh terhadap bagaimana siswa dapat merespon lingkungan pembelajaran yang berbeda-beda sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan akademiknya. Kedua,  berhubungan dengan skill atau ketrampilan yang dikembangkan siswa, ketrampilan tersebut khususnya dalam dalam menguasai strategi-strategi belajar. Ketiga, terkait dengan iklim sosial yakni bagaimana siswa menilai diri mereka sendiri, bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana cara mereka belajar. Jadi, dalam aktifitas pembelajaran tidak hanya konten akademik namun juga terdapat konten sosial.
            Dalam model pengajaran aktif kita dapat melihat cara-cara yang digunakan oleh siswa dan orang dewasa dalam berinteraksi dengan dunia mulai dari merangsang pertumbuhan secara aktif pada interaksi yang lebih pasif hingga upaya yang dapat mendorong pengalaman. Dalam beberapa hal, siswa menjadi seperti apa yang kita bentuk, dan sebagian dari pengaruh kita pada mereka bergantung pada kondisi pertumbuhan kita, konsep diri kita sendiri dan bagaimana kita mengkomunikasikan konsep-konsep tersebut terhadap siswa kita. Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana cara mengembangkan konsep diri yang positif.

PEMBAHASAN
A.      Konsep Tentang Kondisi Pertumbuhan
Sebuah penelitian dilakukan terhadap guru dalam lingkungan sekolah melalui pemberian quesioner, dan mendapat hasil bahwa selain adanya partisipasi dalam sistem dukungan formal, interaksi dengan teman juga dicermati dan diuji. Hal ini disebabkan beberapa hal yang merupakan aspek kehidupan personal yang mungkin saja memiliki implikasi terhadap pertumbuhan profesional. Sehingga menimbulkan pembentukan ranah-ranah diantaranya ranah formal, ranah generasi sebaya, dan ranah pribadi.
1.      Ranah Formal (formal)
Dalam ranah formal terkait dengan adanya partisipasi sistem dukungan formal misalnya kursus, seminar, administrasi dan supervisi. Kesempatan berpartisipasi bergeser dari mereka yang memiliki pengalaman hanya dalam kegiatan yang didanai dan dibutuhkan oleh wilayah (satu atau dua seminar atau presentasi dan salah satunya dikunjunginoleh supervisor atau konsultan) serta mereka yang sadar bahwa hanya ada sedikit pilihan, kepada mereka yang sangat aktif, memiliki rancangan pasti untuk perkembangan profesionalitas. Dalam mengembangkan ketrampilan dibidang formal, siswa hendaknya lebih aktif dalam merencanakan tindakan untuk menunjang proses belajar, misalnya denga mengikuti seminar, kursus dan lain-lain yang akan memberikan peluang lebih besar untuk berprestasi bahkan untuk masuk ke perguruan tinggi.
2.      Ranah Generasi sebaya (Peer-Generated)
Diskusi yang terjalin antara siswa dengan guru belum tentu selalu baik, oleh karena itu diperlukan teman sebaya untuk saling bertukar informasi. Dengan bergaul dengan orang lain/teman sebaya diharapkan dapat memunculkan inspirasi-inspirasi mengenai  suatu inovasi atau inisiatif dalam mengembangkan dirinya dan sekolah.
3.      Ranah Pribadi (Personal)
Terkadang beberapa guru hanya aktif dalam satu aspek saja dan mengabaikan aspek yang lain. Oleh karena itu siswa dituntut untuk mengembangkan aspek yang kurang tersentuh dengan mengenali dan menggali sendiri kemampuan yang dimilikinya.
Kondisi-kondisi Tentang Pertumbuhan
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa sejalan dengan ranah-ranah tersebut, dalam artian semakin aktif siswa maka ia akan semakin berkembang. Dan perbedaan aktifitas yang di lakukan individu dipengaruhi oleh orientasi dalam lingkungan dan pengaruh sosial. Dalam proses orientasi di lingkungan, orang yang sangat aktif akan memandang lingkungannya sebagai seperangkat kemungkinan adanya interaksi yang memuaskan. Orang yang sama sekali tidak aktif akan menghabiskan banyak energy untuk melindungi dirinya sendiri dari apa yang mereka sebut lingkungan yang menakutkan dan tidak menyenangkan, menghindari kontak dan menangkis inisiatif dari orang lain. Sehingga, orang yang paling aktif dan inisiatif adalah mereka yang juga proaktif.
Selain orientasi dalam lingkungan, faktor pengaruh sosial juga menjadi penunjang perkembangan individu. Individu yang hidup di lingkungan yang didalamnya terdapat iklim sosial yang baik sehingga menuntut individu tersebut terlibat aktif dalam berbagai aktifitas akan lebih berkembang dibandingkan dengan individu yang melakukan segala sesuatu secara mandiri (tidak ada dukungan dari lingkungan).
B.        Tingkatan-tingkatan Aktivitas
Dalam tingkatan aktifitas akan dibahas mengenai prototip-prototip yang menjelaskan tentang perilaku, merencanakan program-program pengembangan staf, dan mengatur agar guru mengeksploitasinya secara besar-besaran.
1.      A Gourmet Omnivore (Orang mempunyai keinginan yang sangat besar atas sesuatu
Prototip yang pertama adalah orang dewasa, mereka yang telah menelusuri lingkungan-lingkungan pembelajaran dan berhasil mengeksploitasinya. Dalam ranah formal, mereka menyadari kemungkinan-kemungkinan untuk tumbuh, mengenali kejadian-kejadian yang menyimpan banyak kemungkinan, dan bekerja keras untuk menekan potensi pertumbuhan.
Prototip yang kedua yakni omnivers, memiliki keluarga yang interaksinya sangat professional. Mereka belajar dari interaksi informal dengan kawan sebayanya. Dalam kehidupan pribadi, para omnivoremempunyai ciri memiliki tingkat kesadaran tinggi, yang membedakan dengan omnivore lain yakni antusiasme mereka untuk terlibat dalam satu bidang tertentu. Misalnya omnivore pertama merupakan orang yang suka membaca,omnivore kedua orang yang suka mononton, dll. Hal yang paling mencolok adalah kebiasaan mereka, baik dalam memanfaatkan maupun dalam memperkaya diri mereka sendiri yang masing-masing berbeda tiap-tiapomnivore. Dalam kelompok mereka saling memberi dan menerima dari kawan sebaya, namun dalam kehidupan pribadi mereka mencari kesempatan untuk tumbuh berkembang. Yang membedakan lagi adalah ketekunan, terutama dalam melatih kegemaran mereka yang dapat ditransfer kepada orang lain dalam tempat kerja. Hal ini termasuk skill, gagasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari yang dapat diterapkan dalam pola pembelajaran di tempa kerja.  
2.      A passive consumer (seorang pemakai yang pasif)
Dari hasil penelitian terdapat 10% pemakai  aktif dan 70%  pemakai pasif.  Karakter yang membedakan pemakai pasif adalah keramahan mereka yang kurang terhadap lingkungan dan adanya ketergantungan yang tinggi terhadap konteks sosial terdekat. Tingkat aktivitas mereka sangat dipengaruhi oleh siapa yang hidup bersama mereka.
3.      A reticent consumer (seorang pemakai yang segan)
Dari consumer pasif ada 10% dari mereka yang mengembangkan potensi yang dapat menunda-nunda kesempatan untuk tumbuh berkembang yang disebut consumer yang segan, mereka memiliki tujuan namun enggan untuk bernteraksi secara positif dengan budaya di lingkungan mereka baik dalam seting profesi maupun domestik. Consumer ini memiliki ciri diantaranya hanya mau berhubungan dengan staf yang tengah dibutuhkan dan seringkali marah saat berinteraksi dengan mereka. Consumer yang segan tidak terpengaruh oleh konteks sosial yang instan, merek kurang menyukai omnivore seperti mereka yang kurang menyukai administrasi. Mereka bahkan menolak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan dan tidak berani menetapkan pilihan, mereka juga cenderung bersikap mencela orang lain, institusi, dan layanan yang diberikan. Pada kondisi yang normal mereka belajar memanfaatkan kesempatan yang ada dalam hidupnya.



C.    Struktur Konseptual, Konsep Diri, dan Pertumbuhan
Terdapat dua teori perkembangan yang dapat menghubungkan kondisi perkembangan yakni teori system konseptual (Harvey, Hunt, McKibbin, dan Bush,1983) dan teori konsep diri (Maslow,1962).
1.      Perkembangan Konseptual
Teori sistem konseptual mendeskripsikan manusia  pada struktur konsep yang digunakan dalam mengolah informasi mengenai dunia secara luas. Dalam tingkatan perkembangan yang paling rendah, manusia cenderung memiliki pandangan yang dikotomis mengenai hal-hal yang bersifat tabu dan cenderung emosional dalam menyampaikan pandangannya. Mereka cenderung menolak informasi yang tidak sesuai dengan konsep mereka bahkan mengubahnya agar bisa cocok dengan konsep milik mereka sendiri.
Pada tingkatan perkembangan yang tinggi, orang mengembangkan kemampuan yang lebih hebat dalam memadukan informasi baru, tidak berpikiran miopi dan bisa bertoleransi dengan pandangan lain yang berbeda yang lebih baik. selain itu, struktur konseptual mereka dipermak sedemikian rupa dengan melakukan regenerasi, konsep yang telah lama dianggap asing sedangkan konsep yang baru dikembangkan.
Terdapat hubungan yang substansial antara perkembangan konseptual dan keadaan perkembangan. Omnivore lebih produktif dalam mencari cara untuk mengolah infromasi dan menghasilkan struktur konseptual yang kompleks, mereka lebih terbuka dengan pengalaman-pengalaman baru karena membutuhkan kecanggihan konseptual untuk berhadapan dengan gagasan-gagasan baru. Consumer pasif memiliki struktur yang lebih terbatas dan kemampuan yang kurang memadai dalam memahami cara-cara untuk memperoleh pengalaman baru. Dan consumer yang enggan, lebih mempertahankan konsep-konsep yang ada dan melakukan aktifitas yang dapat menyakitkan hati dengan menghadirkan hal-hal yang asing.
Perkembangan konseptual berkaitan erat dengan keberagaman dan fleksibilitas gaya pengajaran serta kemudahan dalam mempelajari pendekatan-pendekatan baru dan kemampuan memahami siswa.
2.      Konsep Diri
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Teori tentang konsep diri (self-concept) dan pandangan mengenai diri (views of sel) dikemukakan oleh Abraham Maslow (1962) dan Carl Rogers (1961), mereka berpandangan bahwa kompetensi berhubungan dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh sikap dan penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Konsep diri yang kuat disertai dengan aktualisasi diri dan kepercayaan diri sehingga interaksi yang terjadi akan produktif dan memberikan sumbangan yang berarti terhadap proses perkembangan oranglain. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri diantaranya perkembangan, significant other, self perception, body image.
            Konsep diri mempunyai pengaruh terhadap perkembangan seseorang, orang yang memiliki perkembangan dalam level yang rendah (less-developed person)  memiliki sedikit kemampuan dalam menghadapi lingkungan dan cenderung menerima apa adanya. Mereka kurang mempunyai inisiatif dan lebih memilih beraktifitas dalam lingkungan yang sudah ada daripada mengembangkan dirinya. Sedangkan orang yang berada dalam level pertumbuhan terendah (the least-developed person) memiliki kesulitan dalam berhubungan dengan orang disekeliling mereka, mereka kurang yakin dengan kemampuan yang mereka miliki untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi. Upaya mereka hanya bertahan dalam dunia yang menurut mereka kurang besahabat.
            Ada dua karakteristik konsep diri yakni konsep diri positif dan konsep diri negatif. Ciri konsep diri positif diantaranya : yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, mampu menerima kekurangan diri, menghargai orang lain, mampu menghargai diri dan orang lain, memahami adanya perbedaan, bersikap positif terhadap penolakan orang lain, bersikap positif dalam menerima kritikan orang lain dan memperbaiki aspek-aspek yang kurang sesuai di masyarakat. Sedangkan ciri konsep diri negatif diantaranya peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, cenderung bersikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.
            Keterkaitan antara pertumbuhan seseorang dengan konsep diri yang mereka miliki, yakni omnivore lebih menerapkan konsep aktualisasi diri, mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan orang yang ada di sekitarnya. Passive Consumer  merasa memiliki kompetensi namun masih bergantung pada lingkungan untuk memperoleh kesempatan menjadi lebih produktif dan tumbuh berkembang. Reticent Consumer merasa bahwa hidup mereka menakutkan dan rawan masalah, mereka cenderung melindungi diri mereka sendiri dengan menyalahkan lingkungan.
Mengembangkan konsep diri bisa dilakukan dalam berbagai cara misalnya belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pemikiran positif terhadap diri sendiri dan orang lain, memperbaiki kualitas hubungan interpersonal, bersikap proaktif, menjaga keseimbangan hidup dan mengubah cara berkomunikasi.
3.      Memahami Pertumbuhan dan Potensi Pertumbuhan
Teori mengenai pertumbuhan konseptual dan konsep diri dapat membantu kita memahami diri kita sendiri, khususnya dalam merencanakan dan melaksanakan program yang berorientasi pada perkembangan. Dalam penelitian David Hopkins (1990) terdapat pengaruh antara pertumbuhan dan konsep diri guru serta iklim dalam organisasi sekolah tempat mereka bekerja. Kondisi pertumbuhan merupakan predictor bagaimana guru menerapkan kurikulum pada bidang mata pelajaran.
Pada intinya pemakai pasif dan  pemakai enggan tidak bisa mencapai titik penerapan dalam semua iklim organisasi, iklim tersebut hanya bisa dimanfaatkan oleh pemakai aktif dan omnivorNamunn, bukan hanya guru dalam level pertumbuhan rendahlah yang tidak bisa mengambil manfaat dari latihan yang mereka terima, siswa-siswa mereka juga kehilangan kesempatan untuk mempelajari apa yang disajikan oleh kurikulum yang baru.  
D.    Mengembangkan Kondisi Pertumbuhan yang Lebih Kaya
Hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah terkait dengan apa yang kita peragakan. Jika kita memperagakan keaktifan maka siswa juga bersikap aktif, sebaliknya jika kita memperagakan sikap yang pasif maka siswa juga akan pasif. Oleh karena itu hal yang penting disini adalah kita harus memperkaya diri dengan mengembangkan berbagai model pembelajaran, dengan begitu akan menciptakan sebuah iklim sosial yang kaya dan aktif sehingga mampu mengembangkan ketrampilan belajar siswa. Ketrampilan belajar tidak hanya secara formal namun juga secara sosial dan emosional. Dengan demikian akan membantu siswa untuk mencapai perkembangan optimal dalam tahap belajarnya, siswa akan lebih aktif dan produktif.

Daftar Pustaka
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2004). Models of teaching. Boston: Allyn Bacon/Pearson.


Selasa, 24 Desember 2013

TEORI INFORMASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PENDAHULUAN
Pengertian Informasi
Menurut McLeod & Schell (2007, 15), informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti, biasanya informasi menjelaskan sesuatu yang belum diketahui kepada user.
Menurut O’Brien (2007, 29), informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakai akhir tertentu.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah sekumpulan data yang telah diolah atau diproses
sehingga memiliki arti untuk diketahui atau digunakan oleh pengguna tertentu.

Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2007, 45), sistem informasi adalah gabungan yang terorganisasi dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi, dan sumber daya data dalam mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam organisasi.

Teori Sistem Informasi
Penggunaan sistem komputer di dalam kegiatan manajemen. Sering disebut manajemen sistem informasi : perencanaan sistem, perawatan,sampai pengukuran kinerja. Mencakup mesin atau perangkat keras, perangkat lunak, dan manusia (perancang, pengelola, pengguna) serta segala persoalan dan perilaku mereka.
Gregor (2005), mengatakan sistem informasi adalah bidang pengetahuan tentang dunia sistem fisik, dunia perilaku manusia, dan dunia artefak buatan. Menolak pandangan bahwa sistem informasi merupakan bagian dari “organizational behaviour” dan bukan juga tentang teknologi semata, seperti yang dikaji oleh ilmu
komputer.
Lee (2001), penelitian di bidang ini mengkaji sistem informasi
lebih dari sekedar sistem teknologi, atau hanya sistem sosial,
atau bahkan
keduanya saling berdampingan, di samping itu untuk mencari fenomena yang muncul ketika keduanya berinteraksi.
Teori Sistem Informasi
Pada pertengahan abad XX dimulai penyelidikan terhadap peran data dan informasi tentangbarang dan jasa dalam pengelolaan ekonomi.
Tiga ilmuwan pionir: Friedrich von Hayek, George B. Richardson, dan Jacob Marschak mengarahkan perhatian peneliti kepada fenomena institusi ekonomi/bisnis sebagai organisasi yang mengendalikan proses pengambilan keputusan dan pengolahan informasi.
Teori kekayaan informasi dalam sebuah organisasi (Information Richness Theory
atau IRT) diperkenalkan oleh Daft dan Lengel (1986) untuk menjawab pertanyaan sentral, “mengapa sebuah organisasi perlu mengolah informasi”
.           Organisasi selalu menghadapi dua persoalan besar yang berkaitan dengan informasi, yaitu ketidak-pastian (uncertainty) dan ketidak-jelasan (equivocality).
Markus (2002) menghimpun berbagai pemikiran tentang penolakan atau resistensi terhadap sistem informasi ragam teori resistensi
(theories of resistance). Titik tolak : sikap manusia terhadap teknologi (Rob Kling, 1980). Ada tiga sumber penolakan :
–di dalam diri orang atau kelompok dalam sebuah organisasi,
–sifat dan karakter teknologi yang terkandung sistem informasi
–interaksi antara karakteristik orang dalam suatu organisasi dan karakteristik sistem itu sendiri
Technological frames analysis (Orlikowski & Gash, 1991) mengajukan teori tentang bagaimana asumsi, harapan,dan pengetahuan orang-orang tentang teknologi informasi mempengaruhi penerimaan aplikasi TI dalam suatu organisasi.
Frame di sini diartikan sebagai sebuah cognitive device
di kepala manusia. Konsep tentang ‘frame’ dalam kajian sistem informasi dapat dilacak ke belakang sampai ke Boland (1978) yang beranggapan bahwa kesenjangan pemahaman antara pengguna sistem dan analis-sistem muncul akibat kesenjangan dalam cognitive frame ini.

Cognitive effort perspective (Payne, et al, 1993) dan teori Production Paradox (Carroll dan Rosson, 1987) dipakai dalam penelitian sistem informasi untuk meneliti mengapa pengguna tidak mau menggunakan informasi yang tersedia dalam sebuah sistem. Teori-teori ini mengaitkan proses informasi dengan
struktur kognisi seseorang.

TEORI PENGOLAHAN INFORMASI
Penelitian pengolahan informasi menitik beratkan usahanya pada pelacakan dan pemberian urutan operasi pikiran dan hasilnya, yang berupa informasi dalam pelaksanaan tugas kognitif tertentu ( Anderson,1980, hlm.13). bidang lain yang termasuk dalam psikologi kognitif ialah sub ranah bahasa perumpamaan, memori, persepsi, intelegensi buatan, dan perkembangan kognitif.
Istilah “pengolahan Informasi” mengandung pengertian adanya pandangan tertentu kearah studi individu. Pusat perhatiannya adalah cara bagaimana orang mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima setiap hari dari lingkungan sekeliling.
Teori pengolahan informasi berbeda dengan teori belajar yang khas dalam tiga hal:
1. Tidak bercirikan karya satu orang teoritikus saja atau suatu rancangan penelitian tertentu.
2. Adanya perpecahan pandangan filosofis dalam bidang kognitif
3.Derajat penekanannya pada soal belajar.


Prinsip Belajar
Dalam rancangan pengolahan informasi ada dua bidang yang penting secara khusus bagi belajar. Yang pertama, penyelidikan mengenai proses orang memperoleh dan mengingat informasi. Yang kedua, penelitian mengenai siasat yang dipakai orang dalam memecahkan masalah.
Asumsi Dasar
Dalam tahun 1960-an memori manusia mulai dipandang sebagai suatu struktur yang rumit dalam mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan kita. Memori bukanlah sebuah gudang yang pasif, tetapi suatu system yang ada organisasinya dan aktif.
Cara bagaimana pengetahuan digambarkan dan disimpan dalam memori
Konsep multitahap . Ada tiga struktur memori dalam konsep ini:
• Pencatat pengindraan
• Penyimpanan jangka pendek
• Penyimpanan jangka panjang
Konsep keadaan
Bahwa informasi itu tidak berada dalam keadaan inaktif atau aktif. Keadaan aktif bersifat sementara dan disebut memori jangka pendek atau memori kerja. Konseptualisasi memori jangka pendek sebagai keadaan informasi yang aktif juga memungkinkan akomodasi proses yang secara kualitatif berbeda. Termasuk dalam pengertian ini adalah pengaktifan proses otomatis dari keterampilan yang dipelajari sampai derajat kemahiran yang tinggi maupun pengaktifan hal-hal yang menuntut perhatian selektif.
Perekaman informasi (informasi simpanan) bukanlah salinan masukan stimulus
yang sama benar dengan aslinya. Penyebabnya adalah:
• Isyarat-isyarat fisik yang diterima indera bukanlah representasi yang sempurna
dari dunia
• Pengubahan (transformasi) atau penyandian kembali memperbesar kemungkinan informasi dapat diingat kembali dengan mengorbankan rinciannya.
Ada dua bentuk informasi simpanan:
• Model dual-kode
Ciri esensial model ini adalah bahwa informasi bisa disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk visual atau verbal.
• Model jaringan verbal
Model ini berpendapat bahwa representasi akhir dari informasi ialah dalam bentuk verbal dan bahwa citra itu disusun dari sandi-sandi verbal.
Ada tiga jenis umum model verbal:
• Model jaringan semantik.
Model ini menggunakan simpai-simpai untuk menggambarkan konsep dan konsep superordinat dalam hubungan hirarki.
• Model gugus
Model ini menggunakan gugus untuk melukiskan kata-kata yang dikelompokan dalam memori di gugus-gugus tertentu.
• Model proposional
Model ini menyebutkan proposisi kata-kata lepas sebagai balok-baloksebagai penyusun memori.


Skema
Dual –kode dan model jaringan proposional atau semantik mendeskripsikan representasi butir-butir pengetahuan khusus tertentu didalam memori. Akan tetapi, operasi kognitif itu rupanya dikendalikannya oleh prganisasi pengetahuan yang lebih basar. Struktur pengetahuan ini disebut skema. Skema sebagai struktur data yang merupakan kenyataan konsep-konsep generic yang mendasari obyek, kejadian, dan tindakan.
Pentingnya skema adalah bahwa skema itu mencerminkan fungsi untuk memori jangka panjang selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan informasi. Fungsi tersebut ialah:
1. Memberikan suatu format tempat data baru bisa cocok dan dipahami
2. Sebagai pedoman untuk mengarahkan perhatian dan untuk melakukan pencarian yang tertuju pada lingkungan
3. Mengisi kekurangan informasi yang diperoleh dari lingkungan
Asumsi dasar
Asumsi pokok yang mendasari teori-teori pengolahan informasi menyebutkan hakikat sistem memori pada manusia dan representasi pengetahuan didalam memori. Penerapan dikelas atas penerapan teori ini adalah berasal dari asumsi bahwa memori manusia itu suatu sistem yang aktif, yang menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi sandi informasi dan keterampilan bagi penyimpanannya untuk dipelajari. Dengan demikian asumsi utama yang para ahli teori kognitif bersepakat bahwa belajar yang berhasil tergantung lebih pada tindaka si belajar ketimbang pada hal-hal yang ada di lingkungan.
Komponen Pembelajaran
Dalam hal memperoleh informasi baru maka prosesnya yang esensial adalah :
1. Perhatian yang ditujukan pada stimulus
2. Pengkodean stimulus itu’
3. Penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival) kode dalam ikhtisar
Karena itu, pembelajaran untuk maksud fase penerimaan belajar itu pertama-tama harus mengarahkan perhatian siswa ke informasi (stimulus) sesuai yang aka dipelajari, memudahkan peserta didik menerima informasi yang cermat dan lengkap. Dengan kata lain, pertanyaan penting yang mula-mula harus dijawab dalam pembelajaran ialah sudahkah informasi diterima di dalam memori kerja peserta didik.
Penerapan Dalam Pendidikan
Tidak seperti teori belajar yang lain, teori pengolahan informasi sebagai suatu bidang pengetahuan tidak diterjemahkan secara langsung untuk keperluan pelaksanaan kurikulum. Penerapannya di kelas cenderung menggunakan suatu konstruk tertentu, konsep, asas, atau kaidah dalam suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya konsep skema dan penggunaan elaborasi telah dipakai dalam mengajarkan membaca. Sedangkan hasil-hasil dari penelitian pemecahan masalah deiterapkan dalam pelajaran sains dan matematika.
Soal-soal pelajaran dikelas oleh teori pengolahan informasi ialah yang ada kaitannya secara langsung dengan proses kognitif. Dalam pengelolaan belajar di kelas, menurut teori ini harus dicari tahu perbedaan antar individu, Kesiapan peserta didik untuk belajar, dan motivasi peserta didik mengikuti pelajaran di kelas. Teori pengolahan informasi memberikan persepektif baru dalam pengelolaan pembelajaran yang akan menghasilkan belajar yang efektif. Terutama
dalam hal proses kognitif dalam pembelajaran, meliputi :
1. Mengajarkan pemecahan masalah
2. Konteks sosial untuk belajar.
3. Mengembangkan rencana pembelajaran di kelas.

Arti penting rancangan pembelajaran dalam pengolahan informasi ialah bahwa makna logis pengetahuan itu diubah menjadi makna psikologi. Makna logis ialah hubungan antara lambang, konsep, dan aturan mengenai bidang ajaran. Makna psikologis ialah hubungan antara lambag, konsep, dan aturan dengan struktur kognitif siswa. Berikut ini adalah strategi pembelajaran dikelas yang dapat dikembangkan sesuai dengan teori ini :
Pemahaman Pengetahuan
Langkah 1 :   
Menyusun pengisayaratan guna membimbing peneriman peserta didik yang baru.
1.      Pertanyaan informal apa yang akan disampaikan pada struktur kognitif yang ada peserta didik.
2.      Apakah pelajaran mempunyai tujuan yang dirumuskan secara luas atau pertanyaan tentang maksud yang dapat mengarahkan perhatian pserta didik.
3.      Bagaimana penegtahuan atau keterampilan yang baru akan dapat meningkatkan atau menambah pengetahuan yang sekarang pada peserta didik.
Langkah 2 :
Memilih atau mengembangkan dukungan konseptual yang akan memperlancar
pengkodean informasi.
1.      Informasi apa yang harus dimasukan dalam organiser muka sehingga dapat menghubungkan pengetahuan siswa dengan pokok bahasan yang baru.
2.      Konsep, episode apa saja yang sudah didapat peserta didik yang dapat dipakai untuk menjelaskan istilah, definisi, atau konsep baru.
3.      Adakah pertanyaan pembantu di dalam buku pelajaran yang dapat dipakai sebagai dasar untuk gladi sekunder.
4.      Apakah pokok-pokok logis dalam pembelajaran yang harus diikuti peserta didik dalam gladi sekunder (yaitu, elaborasi, visual dan atau verval) Apa beberapa contoh citra asosiatif da sandi verbal yang dapat diberikan kepada para peserta didik.
Langkah 3 :
Membuat pengisyaratan yang aka membantu retrival informasi yang telah
dipelajari. Meliputi :
1.      Apakah beberapa perbandingan dengan konsep, istilah atau gagasan yang berkaitan yang dapat dilakukan. Misalnya, jika konsepnya ialah morfem itu bisa dikontraskan dengan fonem dan dibandingkan dengan istilah kata.
2.      Pertanyaan inferensi apa dapat digunakan untuk mengakhiri pelaang baru dalam pembelajaran.
Pemecahan masalah
Langkah-langkah berikut disarankan dalam merencanakan pembelajaran untuk tujuan keterampilan pemecahan masalah, yaitu :
Langkah 1 :
Menganalisa sifat masalah, terdiri dari :
Masalah itu menuntut proses apa ? (pengaturan, transformasi, induksi, analisa sejarah dan sebagainya), Apa saja hal-hal yang diketahui dalam masalah dan kendala-kendala yang ada pada pemecahan masalah itu.
Dalam mengembangkan siasat pemecahan masalah secara optimum, langkah-langkah apa yang diperlukan ?
Langkah 2 :
Menganalisa tingkah laku pemecahan masalah yang baru dalam pembelajaran.
1.      Pada unsur masalah mana pemecahan masalah yang belajar lazimnya perhatian dipusatkan, bagaimana unsur – unsur yang berbeda dapat diperhatikan untuk memecahkan masalah.
2.      Unsur-unsur yang apa saja yang biasanya diabaikan dalam pemecahan masalah.
3.      Siasat umum apa yag secara khas dijalankan masalah yang baru yang tidak produktif ?
Langkah 3 :
Menyajikan masalah pada peserta didik dan melaksanakan langkah-langkah yang sesuai untuk membantu peserta didik melalui proses pemecahan masalah. Yaitu :
1.      Membantu siswa mengenali masalah. Kendala-kendala apa saja yang beasal masalah tersebut.
2.      Membantu siswa dalam merumuskan sub tujuan, membuat analisa sejarah, dan strategi yang cocok untuk mengatasi masalah itu.
Dorong peserta didik untuk mengutarakan secara lisantujuan masalah dan strategi pemecahan masalah sebelum memulai mengambil langkah. Jika masalah bersifat fisik , dorong siswa untuk memvisualisaikan masalah itu.
3.      Memberikan pengarahan kembali jika perlu.
Kekurangan teori pengolahan informasi.
1. Belajar bukan merupakan pokok yang diteliti, karena itu penerapan untuk pengajaran dikelas harus ditarik secara tidak langsung.
2. Model komputer untuk proses kognitif mungkin atau mungkin juga tidak sahih.
Sedangkan kelebihan dari teori pengolahan informasi dapat dideskripsikan bahwa dari teori ini diketahui pentingnya rancangan pembelajaran untuk proses-proses yang terjadi di dalam pengalihan informasi dari signal masukan menjadi sandi yag bermakna.

KOMPONEN BELAJAR
Penerapan belajar dan penyerdeharnaan pemahaman atas temuan-temuan proses belajar  di jelaskan dalam tiga tahap :
1.    Mengarahkan perhatian ke stimulus
2.    Mengkode stimulus
3.    Penyimpanan dan retrival informasi
Pengenalan pola
Bagian terpenting dari pengolahan informasi ialah hal mengenal isyarat-isyarat fisik pilihan. Proses khusus ini disebut pengenala pola.
Proses dalam analisa ciri.
Pengenalan pola dibimbing oleh dua proses penting yang berlangsung bersama-sama atau secara terpisah.
1.      Pengolah jalan data (data driven processing), juga di sebut pengolah jalan kejadian (even-driven processing dan pengolah bawah ke atas (bottom-up processing).
2.      Pengolahan yang konseptual  atau pengolahan atas-kebawah. Proses ini di bimbing oleh motif, tujuan, dan juga konteks.
Peranan perhatian
Dalam cara bagaimana stimulus diolah penting adanya konsep perhatian, misalnya beberapa pengolaha tidak memerlukan perhatian, pengolahan sepeti ini di sebut otomatik
Dalam mengenali yang lain memerlukan usaha yang terkonsentrasi . tugas demikian disebut proses deliberate karena memerlukan pengawasan yang sadar.


Pengkodean stimulus
Proses deteksi ciri menyebutkan stimulus yang datang, proses mengingatnya disebut pengkodean, mengubah stimulus sehingga bisa disimpan dan di waktu belakang dapat diingat kembali dengan mudah.
Metode pengkodean
Ada dua cara utama mengkodekan , yaitu :
1.        Gladi primer merupakan cara pengulangan-pengulangan informasi yang ingin diingat-ingat .
2.        Gladi elaborative merupakan mengubah informasi denga berbagai cara, informasi itu bisa :
a.    Diubah sehingga ia berhubungan dengan informasi yang disimpan
b.    Digantikan dengan lambang lain
c.    Dilengkapi dengan infrmasi tambahan untuk memudahkan
mengingatnya
Penyimpanan dan Retrival informasi
Maksud proses pengkodean ialah ntuk menyimpan iformasi guna disimpan di dalam memori jangka panjang untuk mendapatkannya dan mengingat kembali, hal itu banyak bergantung pada bentuk bagaimana informasi itu disimpan dan hubungan informasi itu dengan isi sebelumnya dari memori jangka panjang.
Peranan gladi elaborative
Gladi elaborative lebih efektif untuk mengingat kembali yang telah terjadi dalam jangka panjang. Pengulangan atau repitisi membuat segera tersedianya satu butir informasi tertentu akan sedikit saja bisa meningkatkan retensi jangka panjang. Alih-alih untuk meningkatkan ingatan kembali selanjutnya perlu pengolahan secara aktif butir itu melalui elaboratif, transformasi atau pengubahandan seterusnya

Sistem Mnemonik
Cara mnemunik untuk memudahkan mengingat kembali meliputi catatan, kartu pengingat, telepromptr, dan akronim.
Hakikat Belajar yang kompleks
Proses kognitif yang kompleks yang diselidiki para ahli teori pngolah informasi ialah proses pemecahan masalah. Suatu masalah bisa didefinisikan sebagai “suatu keadaan di situ seseorang dimint melakukan tugas yang tidak ditemuinya diwaktu sebelumnya dan utuk itu instruksi yang datang dari luar tidak menyebutkan secar khusus dan lengkap tentang bagaimana cara pemecahnnya
Jenis masalah
Merupakan pasangan dari studi-studi tentang proses pemecahan masalah ialah usaha untuk mengetahui berbagai jenis masalah. Ke-empat jenis masalah itu ialah :
1.      Induksi struktur merupakan masalah analogi dan masaah rangkaian
2.      Tranformasi merupakan masalah memindahkan dan masalah menukarkan
Pengaturan merupakan kombinasi komponen-komponen yang
3.      memenuhi patokan yang ditentukan
4.      Pengaturan hibrida merupakan transformasi dri satu struktur ke struktur yang lain.
Proses Pemecahan Masalah
Menurut Resnick dan Glaser (1976), model menerapkan masalah penemuan atau masalah pengturan hibrida ada 3 langkah umum :
1.    Deteksi masalah
2.    Pemeriksaan
3.    Analisa tujuan
Suatu aneka komponen yang penting dalam model ialah penggunaan awal-awal analisa sarana-tujuan dan bukan identifikasi anak tujuan.
Secara rinci, analisa saran-tujuan itu meliputi :
1.    Asesmen perbedaan antara keadaan sekarang dan keadaan yang dikehendaki
2.    Pencarian operator yang cocok untuk mengurangi adanya perbedaan itu
3.    Penilaian atas hasil
Asas Pembelajaran
Dalam menurunkan asas pembelajaran dari penelitian pengolah informasi paling sedikit ada dua kesulitan yang besar, yaitu :
1.    Proses belajar merupakan banyak proses yang bayak harus diselidiki
2.    Dominannya psikologi kognitif,
KESIMPULAN
Informasi adalah data yang telah diproses atau data yang memiliki arti, biasanya informasi menjelaskan sesuatu yang belum diketahui kepada user.  Dalam proses pembelajaran ada tiga perkembangan penting bagi pendidikan telah muncul dari penekanan pada soal pengolahan informasi ini, yaitu :
Titik berat yang makin besar pada siasat pengolahan yang digunakan pada waktu siswa belajar, kesadaran akan perlunya mengajar ketrampilan proses kognitif secara langsung di bidang pengembangan kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology And Information The New Media in Society. London: The Free Press.

Ragam Teori Informasi. (2013).
Teori Pengolahan Informasi, (2013).



By :
Free Blog Templates